BOGOR - Idul Adha adalah salah satu momen besar dalam kalender Islam yang jatuh setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Hari ini dikenal sebagai waktu pelaksanaan ibadah haji dan penyembelihan hewan qurban. Lebih dari sekadar tradisi, Idul Adha menyimpan kisah agung tentang ketaatan dan pengorbanan luar biasa dari keluarga Nabi Ibrahim AS.
Keteladanan dari Seorang Kekasih Allah SWT
Ibadah qurban merupakan warisan dari Nabi Ibrahim AS yang mendapat perintah dari Allah SWT untuk menyembelih anaknya sendiri, Ismail, sebagai bentuk ujian keimanan. Peristiwa ini bukan hanya menguji keteguhan hati seorang ayah, tetapi juga memperlihatkan kepatuhan luar biasa dari seorang anak.
Nabi Ibrahim diberi gelar "Khalilullah", artinya kekasih Allah, karena keteguhan dan kesabarannya dalam menerima setiap cobaan. Di antaranya adalah saat ia dilempar ke dalam api oleh Raja Namrud. Namun, Allah menjadikan api itu dingin dan menyelamatkan Ibrahim. Keimanan beliau benar-benar tak tergoyahkan.
Dikisahkan bahwa Nabi Ibrahim memiliki ribuan ternak. Ketika ditanya tentang kekayaannya, ia menjawab: “Semuanya milik Allah. Bila Dia meminta, aku serahkan. Bahkan kalau Allah meminta anakku, akan aku berikan.” Kalimat inilah yang menjadi awal dari perintah yang sangat berat: menyembelih Ismail.
Awal Sejarah Idul Adha
Nabi Ibrahim menerima mimpi dari Allah yang berulang kali menyuruhnya menyembelih Ismail. Mimpi ini bukan mimpi biasa, melainkan wahyu, karena mimpi para nabi diyakini sebagai bentuk komunikasi langsung dari Allah.
Dengan penuh kebimbangan namun tetap beriman, Ibrahim menceritakan mimpinya kepada Ismail. Betapa terkejutnya kita jika mendengar jawaban anak sekecil Ismail yang menjawab dengan tenang, “Wahai Ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya Allah aku termasuk orang yang sabar.”
Bayangkan, seorang ayah diminta menyembelih putra yang sangat dicintainya. Tapi, karena keimanan dan keikhlasan, keduanya menerima perintah itu dengan penuh ketundukan. Ini adalah cermin betapa kuatnya keimanan dan rasa percaya pada keputusan Allah SWT.
Ujian Nyata: Antara Wahyu dan Rayuan Setan
Wahyu adalah firman Allah yang datang kepada para nabi, sementara bisikan setan adalah godaan yang menggiring pada keraguan. Dalam proses menuju tempat penyembelihan, Iblis berulang kali menggoda Ibrahim, Hajar, dan Ismail agar membatalkan niat mereka. Namun, ketiganya menolak dengan cara melempari Iblis dengan batu kerikil.
Inilah yang kemudian menjadi dasar ritual melempar jumrah saat ibadah haji. Di tiga tempat — Jumrah Ula, Wusta, dan Aqabah — umat Islam melempar batu sebagai simbol menolak godaan setan, sebagaimana Ibrahim dan keluarganya lakukan.
Ismail bahkan meminta agar dirinya diikat, wajahnya dibalik, dan bajunya dilepas agar tidak membuat sang ayah ragu atau bersedih saat melaksanakan perintah Allah. Tapi ketika Ibrahim mulai menyembelih, pisau tidak melukai leher Ismail. Allah kemudian mengganti Ismail dengan seekor kambing besar dari surga yang dikirim oleh Malaikat Jibril.
Allah berfirman dalam Surah As-Saffat ayat 103–107:
“Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: 'Wahai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu'. Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan sembelihan yang agung.”
Pelajaran Penting dari Sebuah Pengorbanan
Kisah Nabi Ibrahim dan Ismail bukan sekadar cerita masa lalu. Ia membawa pesan mendalam bagi umat manusia tentang pentingnya keikhlasan, kepatuhan terhadap perintah Allah, serta keberanian dalam berkorban demi kebaikan yang lebih besar.
Nilai-nilai yang bisa kita teladani, di antaranya:
* Sabar dan tegar dalam menghadapi cobaan
* Percaya bahwa Allah memiliki rencana terbaik
* Ikhlas memberi, meski yang dikorbankan adalah hal termahal
* Tidak tergoda oleh rayuan dunia dan setan
* Rendah hati meski memiliki banyak harta
* Meyakini bahwa pengorbanan tidak akan sia-sia di mata Allah
Mari kita jadikan Idul Adha sebagai momentum untuk memperkuat iman dan semangat berbagi. Berqurban bukan sekadar menyembelih hewan, tapi menyembelih ego dan keinginan duniawi demi kedekatan dengan Allah.
Selamat Hari Raya Idul Adha 1446 H / 2025 M
Semoga kita semua bisa mengambil hikmah dari kisah agung keluarga Nabi Ibrahim AS. Mari berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan dan mempersembahkan yang terbaik untuk Allah.
Kita semua sudah mendengar kisahnya. Tapi pertanyaannya, sudahkah kita mengambil pelajarannya?( artikel dari berbagai sumber)
Hendrius Candra, M.Si
(Akademisi/Tim Biologi/ Pengajar SMAN 1 Ciampea Bogor)
.png)
.png)

