PORTAL BANTEN - Di Cianjur, Jawa Barat, sebuah video yang menunjukkan antrean panjang ribuan pencari kerja di Jalan Siliwangi telah menjadi viral dan menarik perhatian publik. Video yang diunggah oleh akun Instagram @cianjurtea_ pada Senin, 14 Juli 2025, memperlihatkan para pelamar yang mengenakan pakaian rapi berwarna hitam dan putih, sebagian besar membawa amplop cokelat, mengular di sepanjang trotoar. Mereka rela menunggu sejak pagi untuk menyerahkan lamaran di sebuah toko ritel yang baru membuka lowongan secara massal.

“Ribuan pelamar terus memadati kawasan Santiong, Jalan Siliwangi, Cianjur, untuk melamar pekerjaan di sebuah toko ritel hits,” tulis keterangan dalam unggahan video tersebut.

Fenomena ini langsung memicu reaksi dari netizen di media sosial. Banyak yang memberikan doa dan dukungan kepada para pelamar yang berjuang untuk mendapatkan pekerjaan.

“Mudahkanlah urusan mereka, ya Allah,” tulis akun @fa********h.

“Semangat, teman-teman semua,” tambah akun lainnya, @rs**n.

Hingga saat ini, belum ada informasi resmi dari pihak perusahaan mengenai jumlah posisi yang tersedia atau tahap seleksi selanjutnya. Namun, antusiasme yang besar dari para pelamar mencerminkan betapa mendesaknya kebutuhan akan lapangan kerja di daerah tersebut.

Menanggapi situasi ini, Ari Sumarto Taslim, seorang praktisi usaha dan alumni SMAN 30 Jakarta, menilai antrean panjang tersebut sebagai gambaran nyata dari krisis ketenagakerjaan yang melanda Indonesia.

“Antrean ribuan orang untuk satu lowongan di toko ritel menunjukkan bahwa persoalan lapangan kerja di Indonesia masih sangat serius. Ini bukan sekadar soal kesempatan, tapi juga soal sistem yang belum mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat,” tegas Ari.

Menurutnya, kondisi ini menjadi sinyal bagi para pemangku kebijakan dan pelaku usaha untuk segera mempercepat penciptaan lapangan kerja baru, terutama di sektor-sektor yang padat karya dan UMKM.

“Kita butuh ekosistem ekonomi yang lebih sehat. Dunia usaha harus tumbuh dan pemerintah harus hadir, tidak hanya sebagai regulator, tapi juga sebagai fasilitator dan akselerator lapangan kerja,” ujar Ari.

Ia juga mendorong agar pelaku industri ritel tidak hanya membuka lowongan sesaat, tetapi juga menyediakan sistem kerja berkelanjutan dan pelatihan keterampilan bagi para pencari kerja lokal.*