BOGOR - Jawa Barat, meski tidak memiliki status istimewa seperti Aceh atau Yogyakarta, tengah berupaya keras untuk menjadi provinsi yang unggul dan berkelanjutan. Dengan visi "Jabar Istimewa", pemerintah daerah bertekad untuk meningkatkan kualitas pendidikan agar lebih berdaya saing dan adil bagi semua lapisan masyarakat.

Dalam upaya ini, pendidikan diartikan sebagai sebuah gerakan transformasi yang menyeluruh, mencakup pengembangan karakter siswa dan kebijakan pemerintah yang mendukung. Visi ini berfokus pada penciptaan sistem pembelajaran yang berkualitas, inklusif, dan berakar pada nilai-nilai lokal Sunda.

Untuk mewujudkan pendidikan istimewa, terdapat lima pilar utama yang menjadi landasan gerakan ini:

1. Pendidikan Karakter: Menanamkan nilai-nilai kebangsaan, disiplin, dan integritas sejak usia dini.

2. Inklusivitas: Memberikan kesempatan bagi semua siswa, termasuk mereka yang berkebutuhan khusus.

Iklan Setalah Paragraf ke 5

3. Kreativitas dan Interaktivitas: Mendorong inovasi dalam metode pembelajaran dan mengurangi ketergantungan pada teknologi.

4. Kearifan Lokal: Memperkuat identitas budaya Sunda dalam kurikulum pendidikan.

5. Kolaborasi Lintas Sektor: Membangun sinergi antara sekolah, pemerintah, masyarakat, dan TNI.

Langkah konkret untuk menjadikan pendidikan di Jawa Barat istimewa dimulai dengan penandatanganan komitmen antara Pemprov, Forkopimda, dan pemerintah kabupaten/kota. Komitmen ini diwujudkan dalam berbagai program, seperti Pendidikan Karakter Gapura Panca Waluya di Dodik Bela Negara Rindam III/Siliwangi, Sekolah Anak Istimewa, dan penyesuaian jadwal belajar dari Senin hingga Jumat mulai pukul 06.30 WIB.

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, berperan sentral dalam transformasi ini. Ia meluncurkan kebijakan yang menekankan pentingnya pendidikan karakter, seperti larangan study tour, penerapan jam malam bagi pelajar, dan penghapusan PR. "Kita perlu membentuk karakter dan kedisiplinan sebagai dasar pembelajaran," kata Dedi Mulyadi, Senin (13/6/2025).

Konsep Gapura Panca Waluya menjadi inti dari pendidikan karakter di Jawa Barat, yang terdiri dari lima nilai: Cageur (Sehat), Bageur (Baik), Bener (Benar), Pinter (Pintar), dan Singer (Tanggap). Nilai-nilai ini diintegrasikan dalam setiap aspek pendidikan, dari kelas hingga kegiatan ekstrakurikuler.

Sekolah-sekolah di Jawa Barat kini dituntut untuk menyusun Kurikulum Satuan Pendidikan (KSP) yang berbasis pada delapan dimensi profil lulusan dan nilai Panca Waluya. Pembelajaran yang istimewa diwujudkan melalui penataan ruang kelas yang kondusif, metode flipped classroom, dan kolaborasi dengan berbagai pihak.

Pengawas pendidikan di Jawa Barat juga didorong untuk menjadi pribadi yang Inspiratif, Solutif, Tulus, Inklusif, Mendampingi, Empatik, Wawasan luas, dan Amanah. Mereka berperan sebagai pendamping yang fokus pada penguatan karakter dan pembelajaran yang bermakna.

Pendidikan Jabar Istimewa bukan sekadar proyek, melainkan sebuah upaya besar untuk menciptakan generasi yang memiliki karakter kuat dan siap menghadapi tantangan.

 Seperti yang diungkapkan oleh Mendikdasmen RI, Prof. Abdul Mu’ti, "Kalau orang berpikir dengan growth mindset, maka dia yakin masalah yang hanya sedikit itu jalan keluarnya banyak." Mari kita bersama-sama mewujudkan Jabar Istimewa dengan semangat yang tak kenal lelah.*

Penulis: Hendrius Chandra, M.Si

Pengajar di SMAN 1 Ciampea Bogor