JAKARTA — Di tengah dinginnya ruangan Grand Cemara, Menteng, suasana Rakernas Ikatan Wartawan Online (IWO) 2025 mendadak terasa hangat. Bukan karena perdebatan tajam seputar dunia jurnalistik, melainkan karena momen sederhana: Ketua IWO Bogor, Brodin, menyerahkan sebuah kenang-kenangan kepada sahabat lamanya, Ketua IWO Soppeng, Sulawesi Selatan, Andi Mull Makmun.


Tak ada tepuk tangan meriah atau sambutan resmi yang panjang. Hanya dua jurnalis yang saling menatap dengan senyum akrab — persis seperti dua sahabat lama yang kembali dipertemukan oleh waktu dan perjalanan.


“Ini bukan sekadar cendera mata,” kata Brodin dengan nada pelan namun penuh makna. “Tapi simbol dari persahabatan yang sudah kami bangun sejak Mubes IWO tahun 2017. Jarak jauh tak pernah memutus komunikasi kami.”


Persahabatan itu memang unik. Bogor dan Soppeng terpisah ribuan kilometer laut dan daratan, tapi di dunia digital, keduanya nyaris tak berjarak. Di antara kesibukan liputan dan agenda redaksi, mereka masih sempat berbagi kabar, berdiskusi tentang organisasi, hingga saling memberi semangat di tengah dinamika dunia media yang makin cepat berubah.


“Teknologi membuat kami tetap dekat,” lanjut Brodin. “Dulu kami hanya bisa bertemu di forum nasional seperti ini. Sekarang, lewat gawai, kami bisa berkoordinasi kapan saja.”


Rakernas IWO tahun ini memang menjadi ruang yang lebih dari sekadar rapat kerja. Di bawah tema “Adaptasi Kekuatan Digital, Perkuat Kepemimpinan,” forum tersebut menghadirkan 33 Pengurus Wilayah dan Daerah dari seluruh Indonesia. Mereka tak hanya membicarakan strategi organisasi, tetapi juga mempererat ikatan emosional antarjurnalis yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.


Wakil Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi, dan Pemasyarakatan, Otto Hasibuan, yang membuka acara itu, sempat menyinggung hal penting: peran media online kini menjadi penyeimbang demokrasi. “Kebebasan pers adalah hak, tapi juga tanggung jawab. Jurnalis harus menjadi penjaga akal sehat bangsa,” ujarnya tegas.


Bagi Brodin, ucapan itu seperti pengingat. Bahwa di balik berita, di balik setiap klik dan headline, ada semangat yang jauh lebih besar: semangat kebersamaan. “Jurnalis IWO itu bukan hanya rekan kerja, tapi keluarga besar yang saling menopang,” katanya.


Sementara itu, Andi Mull Makmun tak menutupi rasa harunya. Ia menerima kenang-kenangan itu dengan senyum tulus. “Ini bukan hadiah biasa. Ini simbol perjalanan panjang persaudaraan kami. Dari Soppeng ke Bogor, dari Pulau Sulawesi ke Pulau Jawa, IWO mengajarkan bahwa jarak hanya soal peta, bukan hati,” ujarnya.


Rakernas IWO 2025 pun berakhir bukan hanya dengan keputusan-keputusan penting organisasi, tapi juga dengan cerita-cerita kecil yang menghangatkan. Tentang persahabatan dua jurnalis lintas pulau, tentang solidaritas yang melampaui batas geografis, dan tentang keyakinan bahwa di tengah derasnya arus digital, kemanusiaan dan kebersamaan tetap menjadi berita terbaik yang bisa ditulis oleh seorang wartawan.*