JAKARTA, 20 Desember 2025 – Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya menyoroti maraknya konten sensasional terkait bencana alam, khususnya bencana hidrometeorologi di Sumatera. Seskab menyesalkan tren kreator konten yang mengejar monetisasi dan engagement tinggi dengan narasi provokatif, yang sering kali berujung pada penyebaran informasi ceroboh dan menyesatkan publik.

Teddy Indra Wijaya menekankan pentingnya peran influencer bijak dalam menyampaikan informasi yang akurat, tidak memperkeruh suasana, dan tidak membangun opini negatif di tengah upaya pemerintah menangani bencana.

"Kami mengingatkan agar influencer menggunakan pengaruhnya secara bertanggung jawab dan tidak membangun opini yang menyesatkan. Media sosial seharusnya menjadi ruang edukasi dan empati, bukan sekadar ladang monetisasi," ujar Seskab dalam konferensi pers di Halim Perdana Kusuma, 19 Desember 2025.

Keberhasilan sistem monetisasi yang ditawarkan platform media sosial seperti TikTok, Instagram, Facebook, dan YouTube mendorong masyarakat berlomba-lomba membuat konten viral. Prinsip lama “Bad News is Good News” kembali dipakai, di mana kabar buruk dianggap lebih cepat mendatangkan klik, tayangan, dan pendapatan, meskipun sering kali mengorbankan akurasi dan etika jurnalistik.

Bencana di Sumatera pun dimanfaatkan sebagian kreator untuk meningkatkan engagement. Sayangnya, tidak sedikit konten yang menutup fakta lapangan dan menyederhanakan persoalan kompleks demi narasi provokatif yang berpotensi mempolitisasi situasi.

Iklan Setalah Paragraf ke 5

Seskab menegaskan bahwa pemerintah telah melakukan langkah tanggap darurat sejak hari pertama. Oleh karena itu, narasi yang menyudutkan tanpa dukungan data yang memadai dinilai kontraproduktif.