Lebak, Banten - Di tengah arus modernisasi yang terus mengalir, masyarakat Baduy tetap memegang teguh adat dan tradisi leluhur mereka. Salah satu tradisi yang masih lestari hingga kini adalah "nutu lesung", sebuah kegiatan menumbuk padi secara tradisional menggunakan lesung dan alu, yang dilakukan menjelang pesta atau hajatan.

Menurut Teh Sapa, warga Baduy asli, tradisi nutu lesung bukan hanya sekadar kegiatan menumbuk padi, tetapi sarat makna kebersamaan dan gotong royong. "Setiap kali ada hajatan seperti pernikahan, sunatan, atau acara syukuran, warga kampung akan berkumpul untuk nutu bareng. Ini sudah jadi adat turun-temurun dari leluhur kami," tutur Teh Sapa saat ditemui di Kampung Baduy, Sabtu(28/6).

Kegiatan nutu biasanya dilakukan oleh para perempuan, sementara laki-laki membantu menyiapkan tempat dan kebutuhan lainnya. Bunyi lesung yang ditumbuk secara ritmis menciptakan irama khas yang juga dipercaya sebagai bentuk doa dan syukur kepada Sang Pencipta.

"Selain untuk menyiapkan bahan makanan, nutu ini juga mempererat hubungan antartetangga. Semua ikut bantu, nggak ada yang merasa terbebani. Karena kalau nanti dia punya hajatan, kita gantian bantu," jelas Teh Sapa.

Tradisi ini juga menjadi simbol semangat kolektivitas masyarakat Baduy yang masih memegang prinsip saling membantu dan hidup selaras dengan alam. Bagi mereka, kebahagiaan seseorang adalah kebahagiaan bersama.

Iklan Setalah Paragraf ke 5

Pemerhati budaya lokal pun menilai bahwa tradisi seperti nutu lesung perlu dilestarikan sebagai warisan budaya yang mencerminkan kearifan lokal dan nilai gotong royong yang mulai memudar di tengah kehidupan modern.(Mrn)