Penulis: Sri Rahayuningsih Mahasiswa KKN Universitas Slamet Riyadi Surakarta Program Studi Ilmu Komunikasi
KLATEN - Diruang kelas VI SD Negeri 2 Ngawen, Desa Ngawen, Klaten, pagi itu terasa berbeda dari biasanya. Anak-anak tampak semangat, bukan karena ada pelajaran baru, melainkan karena mereka sedang belajar membuat video sederhana. Bukan video biasa, tapi video untuk mempromosikan hasil karya tangan mereka sendiri. (5/8/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari program kerja individu mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) dengan tema “Konten Kreativitas: Produksi Video Hasil Karya Tangan Anak dan Membimbing Anak Membuat Konten Promosi Sederhana Menggunakan Media YouTube.”
Lewat program ini, anak-anak dikenalkan pada dunia digital yang selama ini hanya mereka kenal sebatas hiburan. Bedanya, kali ini mereka diajak untuk jadi pemain utama bukan sekadar penonton.
Sebagian besar anak tentu sudah akrab dengan YouTube. Mereka menonton video musik, film animasi, atau sekadar tayangan lucu yang menghibur. Tapi di kegiatan ini, mereka diberi pemahaman baru bahwa YouTube juga bisa jadi tempat belajar dan berkarya.
“Kalau biasanya kalian nonton, sekarang coba jadi pembuatnya,” kata mahasiswa KKN UNISRI yang menjadi pendamping kegiatan, sambil memegang kamera ponsel.
Anak-anak terlihat penasaran. Dengan bahasa sederhana, mereka dijelaskan apa itu konten kreatif, bagaimana cara membuat video singkat, dan apa saja manfaatnya. Dari situ, mereka mulai paham bahwa YouTube bisa jadi media yang positif bila digunakan dengan benar.
Untuk praktik, setiap anak diminta membawa hasil karya tangan. Setiap anak membawa karya tangan dari berbagai macam manik-manik, ada yang membuat kalung, ada yang membuat gelang, ada juga yang membuat bando.
Setelah itu, mereka dibimbing membuat video promosi singkat. Mulai dari bagaimana cara memegang kamera agar stabil, hingga melatih keberanian untuk berbicara di depan kamera.
Awalnya, beberapa anak masih malu-malu. Namun setelah diberi contoh, satu per satu mulai berani mencoba. Ada yang memperkenalkan hasil karyanya dengan penuh percaya diri, ada pula yang tersenyum kaku tapi tetap semangat.
“Ternyata seru kak, bikin video itu enggak susah,” kata salah satu siswa sambil tertawa.
Kegiatan ini memang dirancang agar anak-anak tidak merasa sedang “belajar serius.” Suasananya dibuat santai, penuh canda tawa, dan interaktif.
Lebih dari sekadar membuat video, anak-anak juga dilatih untuk berpikir kreatif: bagaimana menjelaskan kelebihan karya mereka, bagaimana menyampaikan dengan bahasa sederhana, dan bagaimana membuat orang tertarik.
Selain praktik, ada juga sesi singkat tentang etika dan keamanan digital. Anak-anak diingatkan bahwa internet bukan tempat yang benar-benar aman. Mereka tidak boleh sembarangan membagikan data pribadi, harus selalu minta izin orang tua sebelum mengunggah video, dan menggunakan bahasa yang sopan di media sosial.
“Jadi kreator itu menyenangkan, tapi tetap harus berhati-hati. Ada aturan yang harus kita patuhi,” pesan mahasiswa KKN kepada anak-anak.
Pesan sederhana ini diharapkan bisa menjadi bekal awal literasi digital mereka di masa depan.
Program ini mendapat sambutan positif dari pihak sekolah. Kepala SD Negeri 2 Ngawen menilai kegiatan ini sejalan dengan upaya sekolah untuk membentuk siswa yang kreatif sekaligus melek teknologi.
Bagi mahasiswa KKN yang menginisiasi kegiatan ini, tujuannya tidak hanya agar anak-anak bisa membuat video. Lebih dari itu, mereka ingin menanamkan rasa percaya diri, keberanian berkreasi, sekaligus jiwa kewirausahaan sejak dini.
Dengan mengenalkan video promosi sederhana, anak-anak bisa memahami bahwa karya tangan mereka punya nilai. Mereka belajar bahwa karya bisa ditunjukkan kepada orang lain, bahkan suatu hari nanti bisa dikembangkan menjadi peluang usaha.
“Yang penting bukan hasil videonya bagus atau tidak, tapi keberanian mereka untuk mencoba. Dari sini, mereka bisa belajar langkah awal menjadi kreator,” ujar mahasiswa KKN UNISRI saat ditanya oleh salah satu guru di SD N 2 Ngawen.
Program sederhana ini membawa dampak positif, bukan hanya bagi anak-anak, tetapi juga bagi lingkungan sekolah dan desa. Anak-anak menjadi lebih terbuka terhadap dunia digital, guru mendapat ide baru untuk pembelajaran kreatif, dan desa mendapat generasi muda yang siap menghadapi perkembangan teknologi.
Desa Ngawen yang identik dengan suasana pedesaan kini punya anak-anak yang mulai berani bermimpi menjadi kreator digital. Siapa tahu, suatu hari nanti, ada YouTuber sukses lahir dari desa ini.
Kegiatan “Konten Kreativitas: Produksi Video Hasil Karya Tangan Anak dan Membimbing Anak Membuat Konten Promosi Sederhana Menggunakan Media YouTube” di SD Negeri 2 Ngawen mungkin terlihat sederhana. Hanya anak-anak yang merekam video singkat dengan karya tangan mereka.
Namun di balik kesederhanaan itu, ada nilai besar: anak-anak belajar berani tampil, berpikir kreatif, memahami teknologi, dan menjaga etika digital.
.png)
.png)

