Penggunaan drone dalam pemantauan dan pengelolaan pertanian telah terbukti sangat efektif, merevolusi cara petani mengelola lahan dan tanaman mereka. Teknologi ini membawa dampak signifikan dalam meningkatkan efisiensi operasional, ketepatan aplikasi input pertanian, sehingga hasil panen dapat meningkat. Drone memungkinkan petani untuk mengambil keputusan yang tepat waktu dan berbasis informasi.
Drone pertanian yang dilengkapi dengan berbagai sensor canggih seperti kamera multispektral, termal, dan inframerah, mampu menyediakan data yang tidak dapat dilihat oleh mata telanjang. Misalnya, kamera multispektral dapat mendeteksi perubahan kecil dalam kesehatan tanaman dengan menganalisis pantulan cahaya pada spektrum yang berbeda. Ini berarti kekurangan nutrisi, serangan hama, atau penyakit dapat teridentifikasi jauh sebelum gejala fisik muncul.
Contohnya di perkebunan jagung, drone dapat memetakan area yang menunjukkan stres air atau kekurangan nitrogen dengan tingkat akurasi yang tinggi, memungkinkan petani untuk melakukan irigasi atau pemupukan hanya pada area yang membutuhkan, bukan pada seluruh lahan.
Selain pemantauan kesehatan tanaman, drone juga sangat efektif dalam pembuatan peta digital (orthomosaic map). Peta-peta ini memberikan gambaran detail tentang topografi lahan, drainase, dan bahkan kepadatan tanaman. Informasi ini krusial untuk perencanaan tanam yang optimal dan pengelolaan irigasi yang efisien. Di lahan persawahan, misalnya, peta ketinggian yang dihasilkan drone dapat membantu petani mengidentifikasi area yang cenderung tergenang air atau kering, memungkinkan mereka untuk menyesuaikan strategi pengelolaan air.
Di sektor perkebunan kelapa sawit, drone dapat digunakan untuk menghitung populasi pohon dan mengidentifikasi pohon yang hilang atau rusak, sebuah tugas yang secara manual akan memakan waktu dan sumber daya yang sangat besar.
Data dan informasi dari prnewswire.com menunjukkan bahwa drone Agrobotix dapat memetakan lahan seluas 160 hektar dalam waktu kurang dari satu jam yakni 22 menit, sebuah peningkatan efisiensi yang luar biasa dibandingkan metode survei tradisional yang bisa memakan waktu berhari-hari.
Fungsi penyemprotan otomatis pada drone juga menawarkan efisiensi yang baik. Drone penyemprot dapat menjangkau area yang sulit diakses oleh traktor atau bahkan pekerja manusia, seperti lahan basah atau area berbukit. Dengan kemampuan penyemprotan presisi, pestisida atau pupuk dapat diaplikasikan secara merata dan hanya pada titik-titik yang membutuhkan, mengurangi pemborosan dan paparan bahan kimia berbahaya.
Meskipun menawarkan banyak manfaat, penggunaan drone di sektor pertanian Indonesia masih menghadapi beberapa kendala signifikan. Salah satu hambatan utama adalah investasi awal yang tinggi. Harga satu unit drone pertanian profesional, dapat mencapai puluhan hingga ratusan juta rupiah. Bagi petani skala kecil, biaya ini merupakan beban finansial yang memberatkan.
Data dari berbagai produsen drone pertanian menunjukkan bahwa model tingkat pemula pun bisa berharga puluhan juta rupiah, sementara model kelas atas untuk lahan yang lebih luas bisa mencapai ratusan juta. Ini tentu menjadi titik balik bagi petani yang memiliki keterbatasan modal.
Selain itu, keterbatasan pengetahuan dan keterampilan petani juga menjadi faktor krusial. Tidak semua petani memiliki latar belakang teknis atau pemahaman tentang pengoperasian drone, juga cara membaca dan menginterpretasikan data yang kompleks. Proses ini memerlukan pelatihan dan pendampingan berkelanjutan dari tenaga ahli atau pihak ketiga. Tanpa pemahaman yang memadai, data yang terkumpul mungkin tidak dapat dimanfaatkan secara optimal yang dapat mengurangi nilai investasi drone tersebut. Edukasi menjadi kunci untuk memastikan adopsi teknologi ini berjalan efektif di kalangan petani.
Kondisi cuaca dan geografis di Indonesia juga mempengaruhi operasional drone. Angin kencang, hujan lebat, atau kabut tebal dapat menghambat atau bahkan menghentikan misi penerbangan. Drone sangat bergantung pada kondisi visual dan kestabilan lingkungan. Di daerah berbukit atau pegunungan yang banyak ditemukan di Indonesia, sinyal GPS dan jangkauan visual drone juga bisa menjadi kendala. Medan yang tidak rata dan rintangan alam seperti pohon tinggi dapat membatasi area cakupan drone dan meningkatkan risiko kecelakaan, yang dimana jika terdapat kerusakan hal ini bisa menambah biaya operasional dan perawatan.
Menurut pandangan saya, untuk mengoptimalkan pemanfaatan drone dalam sektor pertanian Indonesia sekaligus mengatasi hambatan-hambatan tersebut, ada sejumlah strategi yang bisa diterapkan. Salah satu solusinya adalah perluasan akses terhadap teknologi melalui skema kepemilikan bersama atau layanan sewa. Daripada setiap petani dipaksa membeli unit drone sendiri yang mahal, koperasi pertanian atau unit usaha pertanian yang lebih besar dapat berinvestasi dalam satu atau beberapa unit drone. Drone tersebut kemudian dapat disewakan kepada anggotanya atau petani lain di sekitarnya. Model ini akan mengurangi beban finansial individu dan memungkinkan lebih banyak petani untuk merasakan manfaat teknologi tanpa harus mengeluarkan modal besar di muka.
Beberapa startup agritech lokal seperti Arria, Terragri sudah mulai menawarkan layanan pemetaan dan penyemprotan berbasis drone, yang perlu terus didukung dan diperluas jangkauannya.
Kedua, penguatan program pelatihan dan edukasi yang komprehensif dan berkelanjutan. Pemerintah melalui Kementerian Pertanian, universitas, atau perusahaan teknologi diharapkan bisa bekerja sama untuk menyediakan kurikulum pelatihan yang praktis dan mudah diakses. Pelatihan ini tidak hanya mencakup pengoperasian dasar drone, tetapi juga analisis data citra udara dan cara mengintegrasikan informasi tersebut ke dalam pengambilan keputusan pertanian sehari-hari. Pelatihan dapat diselenggarakan di pusat-pusat pelatihan pertanian lokal, melalui program penyuluhan, atau bahkan platform daring untuk menjangkau petani di daerah terpencil.
Ketiga, pengembangan kebijakan dan regulasi yang mendukung. Pemerintah juga dapat mempertimbangkan insentif pajak atau subsidi untuk pembelian drone pertanian, atau untuk investasi dalam penelitian dan pengembangan teknologi drone yang lebih terjangkau dan sesuai dengan kondisi pertanian lokal. Misalnya, pemerintah dapat memberikan keringanan pajak bagi perusahaan yang mengembangkan drone pertanian dengan harga terjangkau atau yang menyediakan layanan drone di daerah pedesaan.
Keempat, dorongan untuk inovasi lokal yang relevan, untuk mendukung startup agritech Indonesia yang mengembangkan solusi drone yang disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi geografis Indonesia akan sangat membantu. Inovasi dapat mencakup pengembangan drone dengan harga lebih terjangkau, perangkat lunak analisis data yang lebih intuitif dan berbasis bahasa Indonesia, atau bahkan integrasi drone dengan sistem irigasi cerdas atau sensor tanah yang sudah ada. Kolaborasi antara peneliti, pengembang teknologi, dan petani adalah kunci untuk menciptakan solusi yang benar-benar efektif dan dapat diadopsi secara luas.
Oleh karena itu, penggunaan drone dalam pertanian memang sangat efektif dalam meningkatkan efisiensi dan ketepatan pemantauan tanaman. Informasi ini krusial untuk perencanaan tanam yang optimal dan pengelolaan irigasi yang efisien, peta ketinggian yang dihasilkan drone dapat membantu petani mengidentifikasi area yang cenderung tergenang air atau kering, memungkinkan mereka untuk menyesuaikan strategi pengelolaan air, yang dimana ini merupakan sebuah tugas yang secara manual akan memakan waktu dan sumber daya yang sangat besar. (Safina ke Rahadatul Akisy Nur Azizah )