JAKARTA – Gangguan layanan digital Bank DKI dari menjelang Lebaran 2025 menuai kecaman luas dari masyarakat, khususnya para nasabah yang merasa dirugikan. Sejak malam takbiran (30 Maret 2025), layanan mobile banking, transfer, dan akses ATM dilaporkan mengalami gangguan serius.

Padahal, momen jelang Lebaran adalah waktu krusial bagi masyarakat untuk melakukan berbagai transaksi keuangan.

Kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa Bank DKI baru saja menerima penghargaan Top Digital Corporate Brand Award 2025 dalam kategori Perbankan dan BUMD. Hal ini menimbulkan reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk warganet yang menyuarakan kekesalan mereka lewat media sosial.

> “ATM rusak, mobile banking diam, tapi katanya digital? Digital dari mana?” – @nisakayla  
>  
> “Kalau award buat yang paling sering error, pantas aja menang.” – @ariefsetiawan_  
>  
> “Ortu saya gak bisa tarik uang buat mudik. Ini parah sih.” – @puan_nasywa  
>  
> “Award-nya beli atau serius sih? Karena ini chaos, bukan error doang.” – @aji_prakoso_

**Center for Budget Analysis (CBA): Direksi Harus Mundur**

Iklan Setalah Paragraf ke 5

Menanggapi kekacauan ini, Direktur Eksekutif CBA, Uchok Sky Khadafi, menilai bahwa direksi dan komisaris Bank DKI harus mengambil tanggung jawab moral.

“Payah nih Bank DKI. Seminggu tidak berfungsi, sangat merugikan nasabah dan merusak citra bank di mata publik. Direksi harus bertanggung jawab,” ujar Uchok di Jakarta, Minggu (6/4/2025).

Ia juga menyinggung nama Gubernur Jakarta Pramono Anung. “Kejadian Bank DKI ini bikin malu Gubernur Pram. Maka, sebaiknya jajaran direksi dan komisaris segera mundur,” tegasnya.

Fakta dan Emosi Bercampur di Medsos tentang Layanan Bank DKI

Di platform X (Twitter), kata kunci "Bank DKI" sempat masuk dalam jajaran trending topic. Para nasabah ramai-ramai mengeluhkan nasib mereka:

> “Mau transfer THR ke saudara malah pending. Terpaksa kirim lewat bank lain. Gimana nih Bank DKI?” – @rahmadhito  
>  
> “Bank BUMD rasa zaman batu.” – @intanmelody  
>  
> “Kayak gini aja masih dapet award? Jelas banget sistem IT-nya gak layak disebut digital.” – @andriramadhan

Kondisi ini memperlihatkan bahwa kepercayaan publik terhadap layanan digital Bank DKI sedang berada di titik terendah. Desakan untuk evaluasi menyeluruh terhadap sistem dan manajemen IT pun semakin kuat.

Di tengah semarak branding digital dan perolehan penghargaan, Bank DKI justru gagal memberikan layanan dasar kepada masyarakat. Kondisi ini menjadi peringatan keras bahwa prestasi simbolik harus diimbangi dengan pelayanan nyata.

Jika tidak, bukan hanya nasabah yang rugi, tapi juga kepercayaan publik yang semakin tergerus.*