JAKARTA - Pengamat sosial dan lingkungan Ari Sumarto Taslim menyoroti perkembangan tren otomotif saat ini yang tidak hanya soal kecanggihan teknologi, tapi juga berkaitan erat dengan isu lingkungan. Menurutnya, transformasi industri otomotif yang sedang berlangsung perlu diimbangi dengan kesadaran terhadap dampak ekologis dan sosial yang ditimbulkannya.
Ari menyebut, kendaraan listrik saat ini menjadi primadona di pasar global. Selain lebih ramah lingkungan karena tanpa emisi gas buang, mobil listrik juga dinilai lebih efisien dalam konsumsi energi. Ia menilai, langkah sejumlah produsen mobil yang serius mengembangkan teknologi ini merupakan sinyal baik bagi masa depan mobilitas perkotaan.
"Perkembangan kendaraan listrik patut diapresiasi karena sejalan dengan upaya pengurangan emisi karbon. Namun, perlu diingat juga soal pengelolaan limbah baterai dan sumber energi pembangkit listriknya, apakah benar-benar berasal dari energi terbarukan atau masih dari bahan bakar fosil," ujarnya (13/04).
Selain kendaraan listrik, Ari juga menyoroti kehadiran teknologi otonom yang menjanjikan revolusi besar dalam sistem transportasi. Dengan sistem ini, keselamatan di jalan raya dan efisiensi bahan bakar diprediksi meningkat. Meski demikian, ia mengingatkan soal kesiapan infrastruktur dan regulasi di Indonesia agar teknologi tersebut bisa diterapkan secara optimal dan aman.
Ari menambahkan, integrasi teknologi Internet of Things (IoT) dalam kendaraan saat ini juga menjadi tren yang tak terhindarkan. Konektivitas kendaraan dengan jaringan cloud, sistem lalu lintas, hingga perangkat pintar di rumah dinilai akan memudahkan pengendara dalam berbagai aspek. Namun, Ari mengingatkan soal keamanan data pribadi pengguna yang perlu jadi perhatian.
"Di balik semua kecanggihan itu, jangan sampai aspek privasi masyarakat diabaikan. Harus ada regulasi ketat agar data pengguna tidak disalahgunakan," tegasnya.
Dari sisi desain, Ari mengapresiasi langkah produsen otomotif yang mulai menggunakan material daur ulang dan proses produksi ramah lingkungan. Ia berharap tren ini terus berlanjut dan tidak hanya sebatas gimmick pemasaran.
Tak ketinggalan, ia juga menilai inovasi baterai solid-state yang menawarkan kapasitas lebih besar dan keamanan lebih baik sebagai terobosan penting, asal diiringi manajemen limbah dan produksi yang berkelanjutan.
Terakhir, Ari melihat konsep mobilitas sebagai layanan atau Mobility as a Service (MaaS) sebagai solusi cerdas untuk mengurangi kepadatan kendaraan pribadi di perkotaan. Menurutnya, layanan ride-sharing dan car-sharing bisa jadi alternatif efektif jika didukung dengan aplikasi digital yang mudah diakses serta sistem transportasi publik yang terintegrasi.
"Tren otomotif ke depan harus tetap mengutamakan keberlanjutan lingkungan. Teknologi canggih akan percuma jika justru meninggalkan jejak ekologis yang lebih buruk," tutup Ari.*



