Talkshow Suara Nitizen +62 Community Bahas Penyidikan Kasus PGN oleh KPK

Talkshow Suara Nitizen +62 Community Bahas Penyidikan Kasus PGN oleh KPK

Smallest Font
Largest Font

JAKARTA,- Talkshow Suara Nitizen +62 Community mengadakan diskusi menarik terkait penyidikan kasus Perusahaan Gas Negara (PGN) Persero Tbk oleh KPK, Jum'at, 31 Mei 2024.

Acara ini berlangsung di Roti Bakar Keibar, Jalan Bulungan No 8, Kramat Pela, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, dari pukul 13:00 hingga 16:00 WIB. 

Diskusi dipandu oleh moderator Kristian Ginting dan dihadiri oleh dua narasumber utama yaitu Sekertaris Pendiri Indonesia Audit Watch (IAW) Iskandar Sitorus dan Firman Candra (Praktisi Hukum) yang memberikan analisis mendalam dan perspektif independen terhadap kasus ini.

Dalam diskusi tersebut, Iskandar Sitorus menyajikan analisis independen terkait kasus PGN yang sedang disidik oleh KPK. 

Advertisement
Scroll To Continue with Content

"Pemberian uang muka perikatan perjanjian jual beli gas (PJBG) sebesar 15 juta dolar AS oleh PGN kepada PT Inti Alasindo Energy tidak didukung dengan mitigasi risiko memadai," ungkap Iskandar, mengutip laporan BPK. 

Iskandar juga menyoroti bagaimana kerugian negara yang semula diperkirakan oleh BPKP sebesar 271 triliun rupiah, kini membengkak menjadi 300 triliun rupiah dalam kasus Timah. Namun, balik ke kasus PGN, ia menjelaskan bahwa kontrak penjualan gas tidak berlanjut karena PGN tidak mampu menyerap gas yang telah dibayar uang muka sebesar 15 juta dolar AS kepada PT Inti Alasindo Energy.

Firman Candra yang juga hadir sebagai narasumber menambahkan, aspek hukum terkait penyidikan KPK. Ia membahas potensi tersangka dan langkah hukum yang mungkin diambil berikutnya. Firman juga menyoroti perbedaan penanganan kasus antara PGN dan kasus serupa di Pertamina yang melibatkan mantan Dirut Karen Agustiawan. 

"Tidak ada lagi fakir miskin, sekolah gratis seluruh Indonesia, kita di ninabobokan negara miskin," ucap Firman. 

Ia membandingkan kekayaan sumber alam Indonesia yang melimpah ruah dengan Brunei dan Arab Saudi. Brunei hanya minyak, kerajaannya bisa menghidupi warganya, Arab Saudi minyak dan haji, sementara Indonesia ada semuanya. 

Pentingnya gerakan untuk merasa cukup, meski memiliki kekayaan yang melimpah," tegas Firman mengakhiri.

Acara ini diakhiri dengan sesi diskusi dan tanya jawab yang dipandu oleh moderator Kristian Ginting. Peserta diberikan kesempatan untuk mengajukan pertanyaan yang dijawab langsung oleh narasumber, memberikan wawasan lebih dalam mengenai penyidikan kasus PGN dan dampaknya terhadap masyarakat serta industri gas di Indonesia.

Talkshow ini menyoroti banyak aspek penting terkait penyidikan kasus PGN, termasuk kemungkinan adanya penyimpangan dalam proses hukum dan implikasinya bagi pemerintah serta masyarakat. 

Dengan adanya diskusi ini, diharapkan publik dapat memahami lebih dalam mengenai kasus ini dan langkah-langkah yang perlu diambil untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan perusahaan negara. (**)

Editors Team
Daisy Floren

Galeri

IDCloudHost | SSD Cloud Hosting Indonesia