Kapolda Banten Pimpin Pembahasan Rencana Pendaftaran Golok Pusaka Indonesia di UNESCO

Kapolda Banten Pimpin Pembahasan Rencana Pendaftaran Golok Pusaka Indonesia di UNESCO

Smallest Font
Largest Font

SERANG - Polda Banten gelar Pembahasan Rencana Pendaftaran Golok Pusaka Indonesia di UNESCO bertempat di ruang perjamuan Polda Banten pada Jumat (18/11).

Dalam kegiatan ini dipimpin Kapolda Banten Irjen Pol Prof. Dr. Rudy Heriyanto yang dihadiri Delegasi UNESCO Prof. Dr. Ignasius Dwi Atmana, PJ Gubernur Banten Al-Muktabar, Dirtahti Polda Banten AKBP Dr. H. Agus Rasyid sebagai konseptor pelestari Golok Banten, Ki Kumbang sebagai pendiri Museum Golok Indonesia, Kasrem 064/MY Kolonel Inf Nurkhan serta Pejabat Utama Polda Banten.

Dalam sambutannya Kapolda Banten mengatakan ucapan selamat datang kepada tamu undangan yang hadir, “Pada kesempatan yang berharga ini saya mengucapkan selamat datang kepada Prof. Dr. Ignasius Dwi Atmana dan semoga kebersamaan ini dapat menjadi sejarah bagi terwujudnya Golok Banten terdaftar secara resmi di UNESCO sebagai warisan leluhur bangsa Indonesia yang Adhiluhung,” kata Rudy.

Rudy menambahkan Banten merupakan suatu wilayah yang penuh dengan nilai sejarah, “Seperti yang kita ketahui bersama tanah Jawa barat khusunya Banten merupakan sebuah wilayah yang penuh dengan sejarah perjuangan dalam mendukung upaya kemerdekaan Negara Republik Indonesia, ini suatu satu bukti perjuangan para leluhur tanah Banten melawan penjajah dan mempertahankan kemerdekaan dengan peninggalan senjata tradisional yang salah satunya dikenal khususnya di daerah Banten dengan sejuta pusaka berupa Golok, dan Golok merupakan sebuah senjata yang puny nilai histori tinggi sejak era kerajaan Sunda atau Padjadjaran, era Kesultanan Banten, sampai dengan Era Kemerdekaan hingga saat ini,” kata Rudy.

Advertisement
Scroll To Continue with Content

Rudy secara pribadi mengatakan menilai pusaka Golok Banten dari dua aspek yaitu Eksoteri dan Isoteri, “Saya pribadi menilai pusaka golok dari dua aspek yaitu Eksoteri dan Isoteri, dari aspek Eksoteri berupa pemahaman yang lebih terkait dengan tekhnik pembuatan Golok melalui proses penempaan, pukulan dan lipatan dari bahan logam campuran pilihan sehingga menjadi wujud bilah Golok dengan pamor yang indah, sedangkan dari aspek Isoteri maka pemahaman kita tentang golok lebih kepada pengalaman individual yang lebih bersifat misteri yang cukup dinikmati sendiri dan menjadi pengayaan sendiri, aspek Isoteri lebih dalam melihat dari hal yang tidak kasat mata yang biasanya hanya dapat dilihat oleh orang-orang tertentu atau mempunyai kelebihan tertentu,” jelas Rudy.

Rudy berharap Golok Banten dapat diakui dan terdaftar di UNESCO sebagai pusaka dari Indonesia, “Dengan keadiluhungan pusaka Golok Banten, maka kami Polda Banten merasa terpanggil untuk ikut melestarikan Golok Banten ini sebagai warisan budaya bangsa Indonesia yang harus diakui oleh dunia, karena semua lahir dari bangsa yang berbudaya sehingga pelestarian ini menjadi tanggung jawab kita semua sebagai anak bangsa, dan besar harapan kami semoga Golok Banten dapat diakui dan terdaftar di UNESCO sebagai pusaka dari Indonesia,” 

Di tempat yang sama Prof. Dr. Ignasius Dwi Atmana mengatakan dari hasil diskusi masih terdapat aspek-aspek yang harus dilengkapi dari Golok Banten jika ingin ditetapkan sebagai warisan budaya dunia, “Dari hasil diskusi tentang Golok Banten yang diusulkan menjadi warisan dunia, pengusulan mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah, dalam hal ini masih terdapat aspek-aspek yang harus dilengkapi dan kami berbagi cara bagaimana mekanisme dan kami juga memerlukan beberapa kriteria yang masih banyak harus dilakukan penelusuran serta keterangan lebih lanjut,” ucap Ignasius.

Ignasius mengapresiasi upaya pemerintah yang sudah konsen terhadap karya budaya Indonesia sebagai karya anak bangsa, “Saya sangat mengapresiasi upaya pemerintah setempat khususnya Polda Banten yang sudah konsen terhadap karya budaya Indonesia yang sangat  kaya terutama di daerah Banten yang patut di apresiasi sebagai karya anak bangsa sebagai warisan nenek moyang kita dan nilai yang terkandung dapat diwariskan kepada generasi yang akan datang,” ujar Ignasius.

Terakhir Ignasius berharap dengan adanya diskusi ini bisa mencapai hasil yang diinginkan bersama, “Mudah-mudahan upaya yang sudah diupayakan seluruh pihak dapat mendukung dan mempermudah mekanisme yang perlu dilakukan pembentukan tim khusus untuk menyusun segala sesuatunya bisa menghasilkan sesuatu yang diinginkan bersama,” tutup Ignasius (Bidhumas).

(Adit E S)

Editors Team
Daisy Floren

Galeri