Hari ke-15 Ramadhan, Tradisi ditandai dengan Masak Ketupat Bagi Para Kaum Nahdliyin
TANGERANG - Bulan Suci Ramadhan bagi kaum Nadhiyyin atau lebih dikenal dengan Kaum Nadhattul U'lama ( NU ) Baik Struktural maupun kultural menandai pertengahan Ramadhan yaitu hari ke-15 dengan ramai ramai memasak ketupat dengan berbagai menu tambahan dan di santap saat berbuka puasa.
Tradisi ketupat telah di turunkan dari generasi ke generasi sejak Islam di bawa oleh Wali Sanga ke Indonesia khususnya pulau Jawa ini.
BagImana History dan Filosofi Ketupat bagi Kaum Muslim khususnya bagi Para Nahdliyin, Penelusuran Tim Media Portal7.co.id ke sejumlah tempat dan penjelasan dari berbagai sumber tentang tradisi ketupat di Ramadhan ke 15 Hari.
_Sejarah Tradisi Qunutan Ketupat Saat Ramadhan ke 15 hari_
qunutan adalah tradisi lama yang masih diwariskan hingga saat ini. Tidak ada yang tahu pasti kapan dimulainya. Ada yang menyebutkan tradisi itu telah berlangsung sejak zaman Kesultanan Demak ketika memperluas pengaruhnya ke daerah barat pada 1524.
Sultan Cirebon, Sunan Gunung Jati, yang dibantu pasukan Demak menduduki pelabuhan Banten dan mendirikan Kesultanan Banten. Kemudian dengan maksud untuk meraih berkah pada bulan suci Ramadan, ketupat pun dibagi-bagikan.
Tradisi qunutan juga sebagai bentuk rasa syukur umat Islam karena berhasil menjalani separuh Ramadan. Qunutan masih berlangsung hampir di seluruh wilayah Pulau Jawa. Selain itu, qunutan juga menjadi momentum saling berbagi makanan dan berkumpul bersama di masjid atau musala pada malam harinya.
_Lalu Apa Filosofi Ketupat dipakai Oleh Sebagian Umat muslim di Pulau Jawa_
Media Portal7.co.id mencoba mengumpulkan informasi dari berbagai sumber.
Ketupat ternyata pertama kali diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga kepada masyarakat Jawa dan Sunda, tepatnya di masa syiar Islamnya pada abad ke-15 hingga 16.
Sunan Kalijaga menjadikan ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai ke-Islaman.
Ketupat atau disebut kupat oleh masyarakat Jawa dan Sunda, mewakili dua simbolisasi yaitu ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan, dan laku papat atau empat laku yang juga tercermin dari wujud empat sisi dari ketupat
yang penuh makna.
Makna Ketupat
Dilansir sumber lainnya, makna ketupat sendiri begitu dalam ternyata, janur juga kadang dianggap merupakan akronim dari “Jatining Nur”, atau yang dalam bahasa Jawa memiliki arti “hati nurani”.
Jadi filosofinya, saat Qunutan di bulan Ramadhan menuju Hari raya nanti, kita harus membersihkan hati dari segala macam hal negatif sehingga bisa kembali ke fitri, kembali suci dengan saling memaafkan.
Selain itu, pembuatan ketupat yang harus dianyam dengan rumit itu juga punya makna tersendiri. Kerumitan anyaman ketupat menggambarkan keragaman masyarakat Jawa yang harus dilekatkan dengan tali silaturahmi.
Pelaksanaan Qunutan di hampir seluruh Pulau jawa ketupat di bawa ke mushala saat pelaksanaan sholat tarawih setelah berdoa bersama ketupat yang di bawa tadi dibagi bagi kepada para jamaah.
Mushola Al Hidayah yang berada di Desa Talagasari Rt 14/03 pun sudah menjadi rutinitas para jamaah disaat pertengahan bulan Ramadhan membawa ketupat dari rumah masing masing dan berdoa bersama atas rasa syukur bersama sudah menjalani separo bulan ramadhan ini.
Hal ini dijelaskan oleh salah satu Jamaah Anwar yang kebetulan warga pendatang yang tinggal tidak jauh dari mushola Al Hidayah ini, mengikuti Sholat berjamaah dan Sholat Taraweh di Mushola yang dekat kost kost an nya.
" Saya ikut berdzikir dan berdoa bersama di Mushola ini dan membawa Ketupat yang dibuat oleh Istri saya untuk di bawa saat Taraweh nanti,' Ujar Anwar.
Lebih lanjut, Anwar yang asli dari Pandeglang Banten ini pun tradisi qunutan sudah berlangsung lama.dan menjadi tradisi di Kampung Kadumerak tempat lahir saya di Pandeglang dan apa yang dilaksanakan qunutan dengan tradisi ketupat di cikupa pun rata rata sama.
" Tradisi para kaum Islam salafi dan Nahdliyin warisan para wali dan penyebar Islam dulu, kita harus ikuti sebagai tradisi yang baik,' tutup Anwar.
(Jmd/Hadi)