Awas Tertipu Konten Gaji Anggota KPPS, Ini Penjelasan KPU Kabupaten Bogor Terkait Honor
Bogor - Maraknya narasi satir di sejumlah platform media sosial yang menyindir tentang kisaran upah bagi Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) sungguh sangat memperihatinkan.
Pasalnya, narasi-narasi yang beredar luas di media sosial tersebut jauh dari kata yang mendekati objektif dan dapat dipertanggung jawabkan.
Lantaran, narasi yang terbangun dan mengungkap bahwa gaji KPPS sampai pada kisaran Rp. 1,2 juta tersebut tidaklah benar.
Hal itu terungkap saat tim mahatva.id mencoba mengkonfirmasi hal tersebut kepada Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bogor melaui perpesanan WhatsApp.
Disna, Sekretaris KPU Kabupaten Bogor, Asep Azhar Hidayatullah menegaskan bahwa hal tersebut yakni narasi nyinyiran terkait KPPS tersebut tidaklah benar.
"KPPS bertugas dari tgl 25 januari s.d 24 Februari (1 bln), dan yang diterima oleh KPPS bukan gaji karena bukan pegawai, tapi honorarium." Asep Azhar Hidayatullah. Jumat, (02/02/2024).
Lebih lanjut, Asep Azhar Hidayatullah menerangkan bahwa Rp. 1,2 juta tersebut adalah honorium (upah) bagi ketua KPPS, Rp. 1,1 juta untuk anggota KPPS.
Besaran honorarium KPPS selama bertugas, untuk ketua 1,2 juta, untuk anggota 1,1 juta, dan untuk petugas Ketertiban 700rb. dan itu untuk selama bertugas bukan per hari." beberapa Asep.
Di tempat berbeda, menanggapi hal tersebut, pengamat sosial politik ekonomi dan budaya (sospolekbud) sangat menyayangkan beredarnya narasi yang bersifat hoax tersebut.
Dan yang paling membuatnya miris ialah banyaknya masyarakat yang turut terprovokasi sehingga turut menjadi bagian dari orang yang menyebar luaskan narasi hoax tersebut.
"Tentu ini merupakan hal yang sangat memperihatinkan lantaran begitu mudahnya orang ikutan latah pada hal yang belum tentu benar. Seperti hoax tentang upah KPPS tersebut." ungkap Satya.
"Karena itu menandakan bahwa SDM manusia sekarang masih sulit mencerna mana informasi yang baik dan tidak tahu mana berita yang dapat dipertanggung jawabkan." sambungnya.
Dengan demikian, dirinya, Satya Sukma Nagara mengajak seluruh elemen-elemen masyarakat untuk bijak dalam menggunakan media sosial. Terutama informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan.
"Jangan gampang ikut-ikutan jadi goblok karena salah mengolah informasi yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Ayo lah, kita bijak dalam mengolah informasi," imbuhnya.
"Saring informasi apapun yah melintas di mata kita, jangan langsung meng amini hal-hal yang belum tentu benar. Tabayun dulu lah, tanya sama yang berkaitan, jangan asal ikutan menuduh," sambungnya mengakhiri.